
Duh Rosul ngapuntene. Sungguh kami meminta maaf.
Perilaku kami telah menodai “ummat” Panjenengan. Kami tak bisa menjaga
kerukunan islam yang Panjenengan ajarkan pada kami. Kami terlalu egois
dengan urusan pribadi masing-masing. Kami saling tuduh meski dalam hal sekecil
apapun. Duh, betapa kami rindu kebenaran-kebenaran yang murni dariMu Rosuul. Kini
kebenaran tak lagi benar. Sukar sekali bagi kami yang maish awam untuk melihat
mana yang benar. Maafkan kami Gusti Rosul, jika jalan kami melenceng dari
kebenaran itu.
Duh Rosul, bulan ini kami merayakan bulan kelahiran Panjenengan.
Hampir di setiap masjid, mushola, majlis manapun mengadakan maulidan. Kami
membacakan pujian-pujian betapa bahagianya kami di bulan ini dilahirkan seorang
rosul terpilih. Dengan sukacita kami membaca sholawat-sholawat kepada Panjenengan
Rosul. Tapi lagi lagi maafkan kami Gusti Rosul, jika kami munafik. Bibir kami
melafalkan sholawat untuk Panjenengan tapi sikap kami seperti tak
mengenal Panjenengan, tak mengenal sikap-sikap yang Panjenengan.
Duh Rosuul, Ummat Panjenengan kah aku? Yang Panjenengan
sebut-sebut bahkan sebelum Panjenengan sedo?