Aku Istimewa karena Aku Berbeda
Aku membuka mata.
Menyaksikan dunia kembali terang. Dengan semangat aku bangkit dari tempat
tidurku. Ini hari minggu. Hari bersenang dengan kawan-kawan. Setelah mandi dan
merapikan diria aku berlarian menuju lapangan kecil disamping rumah nenekku.
Sudah kuduga teman-temanku sudah berkumpul disana. Mereka sudah mulai bermain. “aku ikut main
dong” kataku sesampainya aku didepan mereka. “kamu mau ikut
main dengan kami? Ada syaratnya ki”
“apa syaratnya?” “kamu harus bisa bilang
“R” dulu” Aku terdiam saja. Ingin rasanya ku tarik-tarik rambutnya. Jika saja
aku tak ingat pesan ibu untuk tidak balas dendam. Akhirnya aku pulang dengan
kecewa. Ini bukan minggu yang kuinginkan.
Kejadian lebih
menyakitkan terjadi saat aku SMA. Waktu itu aku mengikuti lomba Musabaqoh
Qiroatul Kutub tingkat provinsi di Semarang. Mewakili ponok pesantren
Asaasunnajaah Kesugihan Cilacap. “aghho’du” yang
kumaksud “arro’du. Salah satu juri meledekku. Memintaku mengulangi kata
itu berungkali. Dan kulihat dia tertawa disusul dengan tawaan dari juri-juri
lainnya. Bahkan kudengar suarariuh dari penonton yang juga menertawakanku.
Sugguh itu sangat menyakitkan. Baru saja percaya diriku meningkat karena
ditunjuk mewakili pondok pesantrenku. Kini aku terjatuh lagi. Ditertawakan
orang-orang satu ruangan karena kekuranganku itu membuatku ingin menggebrak
meja dan lari. Jika saja aku tak ingat pesan ibu untuk selalu bersikap santun. Itu hanyalah
sebagian kejadian yang membuatku akhi rnya menutup diri. Menjadikanku sukar
berkomunikasi. Aku selalu saja merasa akan dihina ketika bicara dengan
oranglain. Mungkin saja mereka bercanda tapi tetap saja membuatku sakit. Bahkan
sakit itu masih ada sampai kini. Sampai aku tumbuh besar dan menjalani
pendidikan di perguruan tinggi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di
Surabaya. Meski aku selalu minder dan merasa gagal dalam hal berkomunikasi dan
hal bicara. Tapi aku tetap memperdulikan akademikku. Hingga sekarang aku
menjadi mahasiswa berbeasiswa dari KEMENAG. Kini masalah yang
kuhadapi lebih rumit dari yang kuhadapi semasa di sekolah dulu. Dengan sistem
belajar yang berbeda disini membuatku harus bisa lebih meahan diri dari menutup
diri. berbeda dengan masa di sekolah, kini di setiap mata kuliah mengharuskanku
presentasi. Maju kedepan dan berbicara adalah hal yang paling kubenci selama
hidupku. Kini aku masih
saja menemukan candaan yang paling tidak suka. Candaan tentang kekuranganku
itu. Tapi kini aku hanya bisa meneguhkan hatiku. Lebih besabar dan tak marah.
Toh sebenarnya merekapun juga hanya bercanda. Hingga tiba saat
aku menempuh semester tiga. Bertemu dengan salahsatu dosen yang mungkin membaca
gelagatku. Membaca keminderanku. Sehabis presentasi beliau memanggilku dan
bicara padaku “coba kamu
bilang “R”’’ sudah kuduga. Aku menurut saja meski aku ragu apa yang akan
belaiau lakukan. “kamu minder ya
nak dengan kekuranganmu itu” aku mengangguk mengiyakan. “coba sekarang
kamu tulis prestasi apa saja yang kau dapatkan selama hidupmu” beliau
menyodorkan kertas dan bolpoin didepanku. Aku mulai
menulisnya dengan mengingat apa saja yang pernah kudapatkan selama aku hidup. Aku berhenti di
angka sepuluh. “sudah pak”
“belum, coba
ingat-ingat lagi dnatulislah semuanya!” Aku menuls lagi.
Sampai hampir satu lembar. “lihatlah
nak,kau bisa menuliskan prestasi kamu yang sebanyak itu tapi kenapa kau
mengeluhkan satu kekurangannmu yang sebenarnya bisa kau jadikan kelebihan itu”
Deg! Seperti ada sungai yang
mengalir dihatiku. Sungai yang selama ini terbendung. Kini terbuka menyejukan.
Mengalir memenuhi seluruh semangatku. Membuka benteng yang selama ini
menghalangi langkahku. Mulai sejak itu
aku tak lagi merengekan tentang kekuranganku. Aku lebih percaya diri. Kuacuhkan saja candaan yang dulu tak kusukai.
Bahkan kini aku dan hatiku pun ikut bercanda soal itu. Ternyata menjadi diri
sendiri itu lebih menyenangkan. Lebih mudah untuk dijalani. Kini tak ada lagi
beban yang mengganjal dipundakku. ********* Hari-hariku kini
semakin ringan. Kujalani aktifitas kampus dengan lebih percaya diri.
kepercayaan diri ini kubawa untuk aktif di beberapa organisasi dan mengikuti
pelatihan-pelatihan. Seperti minggu ini aku mengikuti pelatihan hypnotherapy di
Pacet Mojokerto. Ada hal yang sangat membuatku lebih bersemangat lagi ketika mengikuti
pelatihan ini. “disini ada
yang tidak bisa ngomong “R”?” kata pelatihnya waktu sesi pembukaan acara. Semua orang
menunjukku. Dan akupun mengacungkan diri. Beliau menyalamiku. “kita sama,
selamat kau telah menjadi istimewa karena kau berbeda dari teman sekelasmu”
Aku tersenyum.
Menyambut salaman beliau. Aku dipertemukan dengan orang hebat yang memilki
keistimewaan (kini bukan lagi kekuarangan) sepertiku. Terimakasih Allah, Kau
membuatku istimewa karena aku berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar